DENPASAR – Lautan manusia membanjiri seluruh sudut jalan di sekitar Puri Agung Ubud, Gianyar, Bali, Jumat (2/3/2018). Semua antusias menyaksikan upacara Ngaben terbesar untuk menghormati Anak Agung Niang, istri dari Tjokorda Gde Agung Sukawati yang merupakan raja terakhir Ubud, Gianyar, Bali.

Upacara Ngaben yang merupakan upacara kremasi bagi masyarakat Hindu Bali tersebut menjadi upacara termegah dari yang pernah ada. Bade setinggi kurang lebih 27,5 meter dan berat mencapai kurang lebih 10 Ton dihadirkan. Begitu juga lembu yang dipercaya mengiringi beliau ke nirwana memiliki tinggi 7 meter dengan berat mencapai kurang lebih 5 Ton.

Menjadi Upacara Ngaben terbesar, sejumlah petinggi nampak hadir di Puri Agung Ubud. Seperti Presiden Kelima RI Megawati Soekarno Putri. Hadir pula sejumlah menteri seperti Susi Pujiastuti (Menteri perikanan dan Kelautan), A.A. Ngurah Puspayoga (Menteri Koperasi dan UKM), Arief Yahya (Menteri Pariwisata), Cahyo Kumolo (Mendagri) dan Basuki Hadimuljono (Menteri PUPR).

“Inilah istimewanya Bali. Meski terkait dengan kematian, namun seluruh rangkaian acara berlangsung begitu meriah. Upacara Ngaben kini menjadi salah satu daya tarik pariwisata paling terkenal di Bali,” ujar Menpar Arief Yahya.

Bade terlebih dahulu ditempatkan di bagian luar Puri Agung Ubud. Ketinggiannya mencapai 27,5 meter. Membuat semua mata memandang ke atas, enggan untuk berpaling. Terutama mereka yang mengabadikan momen tersebut lewat kamera masing-masing.

Menjelang pukul 13.00 WIT, jenazah istri Raja Ubud pun dibawa ke puncak bade lewat menara bambu berbalut kain putih. Jenazah diangkat, diiringi bunyi gamelan.

Cukup menegangkan, apalagi menyaksikan prosesi pemindahan menggunakan sarana menyerupai jembatan bersusun terbuat dari bambu. Tak terlihat ada penggunaan paku. Hanya diikat menggunakan kain putih.

Demikian juga dengan bade, terbuat dari material utama kayu dan juga bambu. Dihiasi berbagai ornamen keagamaan umat Hindu Bali. Panjang penampangnya berkisar 9,9 meter dengan lebar 7,6 meter dan berat mencapai 11 ton.

“Luar biasa. Bade yang digunakan begitu megah. Semuanya khas Bali. Ini yang dinanti wistawan. Tidak ada duanya di dunia,“ ujar Arief Yahya.

Sorak ribuan krama bersama para wisatawan yang memadati lokasi ini pun tumpah ruah, ketika bade megah itu mulai bergerak. Secara estafet, setiap 50 meter bade berhenti untuk pergantian pengungsung bade. Sepanjang ruas jalan menuju Setra Dalam Puri itu total ada 8 kali estapet.

Pengusungan dilakukan estafet oleh beberapa kelompok. Maklum, jarak yang ditempuh cukup jauh, sekitar 900 meter. Satu kelompok pengusung sekitar 300 orang. Pola estafet sebagai lambang dari kerja sama dan peran serta seluruh lapisan masyarakat. Tercatat ada sekitar 4.500 warga dari delapan Banjar yang terlibat langsung.

“Ini menjadi budaya atraktif dan menarik. Sangat berkelas. Lihat saja para pengusung Bade dan Lembu tidak hanya orang Bali. Beberapa terlihat berpostur warga negara asing. Mereka juga mengenakan pakaian adat Bali. Ini tandanya Budaya Bali selalu menjadi atraksi yang dapat mengundang wisatawan,” lanjut Menpar.

Ucapan Menpar memang bukan sekedar angin kosong. Ribuan turis mancanegara dan domestik tampak memadati halaman dalam Puri Ubud dan jalan raya Ubud.  Semua antusia menyaksikan prosesi mulai dari tarian serta arak-arakan.

“Data Dinas Pariwisata Daerah Gianyar Bali mengatakan, ritual plebon Puri Agung Ubud ini membawa dampak besar terhadap peningkatan hunian di Ubud dari 30 persen menjadi 50 persen. Ini dampak yang signifikan. Budaya itu semakin dilestarikan semakin mensejahterakan. Contohnya Upacara Ngaben ini,” pungkas Menpar Arief Yahya.

SHARE
Admin
GenPINews.com merupakan buah karya dari Generasi Piknik Indonesia yang dikelola oleh Tim Redaksi GenPI News Indonesia dengan jaringan yang ada di seluruh Indonesia.

Leave a Reply