BANYUWANGI – Mau menikmati pesona lain zaman now dari pariwisata Banyuwangi? Bersantai lalu menikmati nostalgia The Sunrise of Java?

Spotnya pun sangat instagramable? Menu kulinernya unik dan spesial?

Soal harga, pasti ramah. Baiknya arahkan diri Anda ke Mini Cafe Banyuwangi Savana Cake. Lokasi cafe ini mudah dijangkau. Ada di Jalan Letjen S. Parman 26, Banyuwangi. Yang lebih wow, Mini Cafe Banyuwangi Savana Cake (MCBSC) dilaunching hari ini, Minggu (4/2).

Sudah pasti banyak sensasi baru yang akan ditawarkan. Pemilik MCBSC Fitri Carlina mengatakan, konsep kafe modern dengan mengakomodir kepentingan kids jaman now.

“Kami mencoba mengimplementasikan ilmu dari Pak Menteri (Arief Yahya, Menteri Pariwisata). Cafe ini dikonsep modern seperti yang disukai oleh kids jaman now. Kebetulan masyarakat Banyuwangi juga lagi suka nongkrong di cafe-cafe. Ini juga untuk engakomodir kebutuhan mereka,” ungkap Fitri.

Bagaimana dengan ornamen cafenya? Lekat dengan pariwisata, MCBSC jelas sangat instagramable. Ada banyak spot corner yang bisa digunakan untuk ber-selfie ria. Soal internet juga jangan ditanya. Cafe ini menyediakan WiFi gratis bagi pengunjung. Jadi, pengunjung bisa langsung upload foto terbaik di media sosial. Harapannya, untuk mendapatkan banyak like dari para netizen.

“Semua kebutuhan kids jaman now coba kami penuhi. Pengembangan konsepnya akan terus dilakukan. Yang jelas, kami ingin membuat pengunjung nyaman. Meski baru launching, rencana pengembangan untuk cafe ini sudah disiapkan,” katanya lagi.

Fitri meyakini, apa yang disampaikan Menpar Arief Yahya yang juga berasal dari Banyuwangi itu. Resto, cafe, pusat oleh-oleh, adalah bagian dari atraksi pariwisata. Semakin maju sektor pariwosata, services itu semakin dibutuhkan.

MCBSC berencana semakin menguatkan style Banyuwangi. Pembenahan sudah direncanakan. Berbagai ornamen pariwisata The Sunrise of Java akan dipasang sebagai background. Beberapa detail ornamen diantaranya Pulau Merah. “Nantinya rasa Banyuwanginya akan ditambah lagi. Yang jelas, cafe ini menjadi kombinasi bagi store yang sudah ada,” terang pedangdut adik Nini Carlina tersebut.

Ya, sebelumnya Fitri sudah memiliki gerai kue Banyuwangi Savana Cake. Style pariwisata Banyuwangi pun kental. Store ini menyediakan lima varian kue. Ada Savana Red Island, Savana Green Bay, Savana Blue Fire, Savana Sunrise of Java, juga Savana Wedi Ireng. Pemilik nama lengkap Fitri Dian Puspita menambahkan, cake spesial itu juga bisa dinikmati
di MCBSC.

“Biasanya cake tersebut dijual di store per kotak. Tapi, bagi pengunjung Mini Cafe bisa menikmatinya per portion. Semoga store dan cafe ini sama-sama ramai,” ujar duta pariwisata Banyuwangi tersebut.

Lalu, apa menu pelengkap bagi generasi zaman now? MCBSC sudah menyiapkan sekitar 50 menu. Yang nikmat dan spesial ini bergenre modern. Namun, namanya tetap mengacu kepada kearifan lokal. Ada aneka Savana mulai dari burger, pizza, hingga kebab. Savana Plengkung, Selendang Arum, juga Pancer atau Jagir pun ada.

Tampil unik, beberapa judul lagu juga diadopsi sebagai nama menu. Sebut saja Savana ABG Tua, Anti Galau, atau Lungset Makk. “Menunya memang kekinian. Namanya pun sengaja dibikin unik. Beberapa mengambil destinasi, lalu ada juga dari judul lagu. Yang jelas, kami juga sedang memikirkan konsep untuk kuliner tradisional Banyuwangi. Nantinya
makanan khas itu kami sediakan,” jelasnya.

Bagaimana dengan harga? Harga menu-menu MCBSC sangat bersahabat. Banderolnya di rentang harga Rp.5 ribu hingga Rp.25 ribu. Harga maksimal Rp25 ribu dikenakan untuk Savana Pizza. Untuk menu dengan harga di bawah Rp.10 ribu diantaranya portion untuk blue fire, red island, atau green bay. Lalu, minuman banderolnya mulai Rp.10 ribu hingga Rp.15 ribu. Jenisnya ada 16 minuman ringan.

“Harga rata-rata sangat murah. Pas untuk semua kalangan. Yang jelas rasanya nikmat. Silahkan saja datang ke sini. Sebab, pengunjung juga bisa sambil bernostalgia,” tuturnya lagi.

Nostalgia? Ya, benar. Fitri mencoba membangun kembali memori soal Banyuwangi. Sebab, The Sunrise of Java adalah surganya pisang pada era 80-an. Memasuki tahun 90-an produksi pisang menurun, lalu pada 2003 menjadi kering karena efek virus trichodarma. Dan, ‘mantan’ Kota Pisang coba dihidupkan lagi dalam menu MCBSC.

“Kami ingin mengingatkan lagi kalau Banyuwangi itu penghasil pisang. Tapi, hilang karena virus. Guna mengingatkan memori itu lagi, kuliner dengan bahan baku pisang juga banyak kami sajikan. Bahkan, ada juga minuman kopi yang dikombinasikan dengan pisang,” ujarnya.

Berbagai space, MCBSC juga berkolaborasi dengan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Prodak yang jual diantaranya makanan olahan. Bahan bakunya juga didominasi pisang. Ada juga T-shirt hingga kerajinan tangan.

“Potensi bisnis memang harus dimaksimalkan. Apa yang dilakukan Fitri Carlina juga menginspirasi. Sebab, unsur  pariwisatanya dominan. Lalu, usahanya mengedepankan sosial,” pungkas Menteri Pariwisata Arief Yahya.

SHARE
Admin
GenPINews.com merupakan buah karya dari Generasi Piknik Indonesia yang dikelola oleh Tim Redaksi GenPI News Indonesia dengan jaringan yang ada di seluruh Indonesia.

Leave a Reply